Rabu, 27 November 2013

CATATAN SUMIRAH 1/. Pedangan Kredit

Aku Sumirah, perempuan kampung yang terbiasa hidup dengan kesederhanaan dan keprihatinan. Sebagai anak yang dilahirkan dan dibesarkan dalam lingkugan yang sederhana dan penuh dengan keprihatinan, membuat aku tumbuh menjadi sosok yang sederhana. Aku tidak biasa dengan suasana glamor, atau pola hidup yang penuh dengan dunia gemerlap. Aku juga kurang menyukai kegiatan sosialita, dan bersenang senang, walau lingkunganku  boleh dikatakan banyak kaum sosialita.

 Aku tipe wanita yang tidak suka di rumah, karena dari kecil aku sudah terbiasa menghabiskan hari hariku bersama ibuku di pasar sepulang sekolah. Bagiku soal gaya dan penampilan soal yang kesekian. Yang penting tugas utamaku sebagai istri dan ibu rumah tangga berjalan dengan baik. Selain itu tugasku sebagai penyangga ekonomi keluarga juga harus jalan. Karena aku berfikir, selagi aku bisa dan mampu membantu suami mencari uang tambahan kenapa tidak? Aku harus mampu memanfaatkan waktu luangku untuk berkarya dan menghasilkan sesuatu yang bernilai ekonomi, agar bisa menabung sedikit demi sedikit.

Sebagai  seorang ibu yang memiliki anak balita, aku harus pandai memanfaatkan waktuku sebaik mungkin. Selesai sholat subuh aku mempersiapkan segala sesuatu kebutuhan  sarapan pagi suami dan anakku. Menyiapkan pakaian kerja suami dan pakaian ganti anakku, memandikan anak, menemani suami sarapan dan menyuapi anakku.

Setelah suami berangkat akupun beres beres dan bersih bersih rumah sampai selesai. Sekitar pukul sepuluh pagi aku menjalani pekerjaanku menjadi tukang kredit pakaian keliling dor to dor. Ku gendong anakku dengan sehelai kain panjang, kujinjing tas dagangan dengan sebelah tanganku dan di kepalaku ku junjung tas yang berisi kain .

Ku menyenangi pekerjaanku, karena dengan berdagang kredit keliling aku jadi banyak saudara dan sahabat. selain mendapatkan uang setiap hari, saudarapun bertambah pula. Aku juga dapat kesempatan luas untuk belajar lebih jauh tentang hidup dan seluk beluk kehidupan. degan seringnya berinterakasi dengan berbagai tipe dan karakter pelanggan setiaku. Hampir setiap barang dagangan yang ku bawa, selalu digemari pembeli. Dengan kredit dan cicilan ringan mereka bisa mendapatkan pakaian kesukaan mereka dariku.

Hubunganku dengan para pelangganku terbilang cukup akrap, jarang sekali pelangganku yang mangkir membayar hutangnya. Karena aku selalu menagih hutang pada mereka dengan sopan dan halus. Bahkan jika mereka membutuhkan saran dan sedikit sumbangan fikiran dariku aku tak segan segan berbagi. Hal inilah yang membuat pelangganku rata rata sayang padaku.

Suatu ketika aku mempunyai pelanggan yang gila belanja. Jiwa konsumerisme pelangganku satu ini tinggi sekali. Akhirnya hampir separoh gaji suaminya habis untuk bayar cicilan kredit ini dan itu saja setiap bulannya. Dari raut wajah suaminya jelas sekali kalau suaminya agak kesulitan dalam mengatasi kebiasaan ibu ini.

Sebagai pedagang aku senang mendapat pelanggan seperti ini, karena menguntungkan bagiku. Namun sebagai seorang ibu rumah tangga yang harus berhemat dan memikirkan masa depan keluarga dan anak, aku menyayangkan tindakan ibu ini. Bagaimana jika suatu hari nanti suami jatuh sakit atau tak bisa bekerja, di PHK dan kemungkinan terburuk lainya terjadi? apa yang akan dilakukan sementara uang hasil pencarian suami tidak ada yang tertabung?  Aku prihatin melihat beliau, maka sesekali jika panas terik aku tak mampu melanjutkan perjalanan, atau ketika hujan aku tak bisa jalan, aku memilih berbincang bincang dengan ibu muda ini. Melakukan pendekatan seadanya, berdiskusi masalah kehidupan rumah tangga dan sebagainya.

Secara perlahan Si ibu muda berubah sikap dan mau mengikuti sarannku. Sikap konsumtifnya mulai sedikit berkurang. Ia mulai merintis usah kecil kecilan membuka warung makanan ringan anak anak. Mulai dari permen dan roti rotian di gelar di depan rumahnya. Lumayan juga hasilnya. Suaminya heran melihat perubahan istrinya semenjak berkenalan  denganku.

Akhirnya suaminyapun penasaran dan menanyakan hal ikhwal perubahan sikap istrinya. Si ibupun menjelaskan pada suaminya perihal perubahan sikapnya, berawal dari hasil bincang bincang dan diskusi kami.  Hal ini membuat suaminya penasaran untuk mengenaliku lebih dekat. Melalui istrinya suaminya menanyakan perihal keluargaku, dan seputar kehidupanku. Ternyata suamiku satu kampung dengan mereka, rasa persaudaraan kamipun semakin dekat.

Beliau  mempromosikanku pada atasannya di sebuah yayasan. Akupun dipanggil bekerja sebagai karyawan tidak tetap di yayasan itu. Pekerjaanku sebagai pedagang kredit keliling terpaksa harus ku hentikan. Kujalani pekerjaanku dengan sungguh sungguh dan senang hati. Dalam bekerja aku selalu dapat support dan dukungan dari suami.

Aku cukup beruntung mempunyai suami yang rajin bekerja dan penyayang terhadap keluarga. Sebagai wanita yang juga ikuit bekerja membantu suami, aku membutuhkan pengembangan karir disamping aku juga dituntut total dalam mengurus rumah tangga . Beruntung ibu mertuaku penuh pengertian, beliau menjaga anakku dengan telaten dan penuh kasih sayang, selama aku bekerja . Sepulang bekerja aku kembali menjaga dan mengasuh anakku. Suamipun selalu mendukung pengembangan karirku, sehingga karirku selalu berkembang dari tahun ketahun.

 Satu tahun aku bekerja di yayasan ini, aku di tawarkan menjadi kepala di sebuah yayasan baru. Karena pimpinan yayasan menyukai cara kerjaku. Aku jalani tugas tugasku dengan senang hati di bawah ridho dan dukungan suami. Tak lupa aku selalu minta doa dan nasehat dari kedua orang tua serta suamiku jika aku terbentur suatu masalah dalam menjalankan tugasku.

Berangkat dari dagang kredit keliling dan berbekal rtidho dan dukungan suami serta keluarga aku bisa menraih menjalani karirku dengan baik. Interaksi sosial yang harmonis telah mengantarkanku pada jenjang karir yang selama ini belum pernah ku bayangkan sama sekali.